Makanan mungkin
mangandung komponene yang dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme. Komponen
anti mikroba dapat secara alami di dalam bahan pangan misalnya lisosim di dalam
putih telur dan asam benzoat di dalam buah tertentu (Sandjaya, 1992).
Pengalengan adalah proses menyimpan
dalam wadah yang ditutupi rapat sehingga udara, zat lain dan organisme perusak
atau pembusuk tidak dapat masuk. Makanan yang sudah dikalengakan lalu
dipanaskan pada suhu tertentu dan pada waktu yang bertetapan agar bakteri,
jamur tidak dapat hidup. Dengan demikian makanan yang disimpan dalam kaleng
tersebut tidak mengalami proses pembusukan (Syarif dan Hariadi, 1992).
Setiap produk pangan, baik yang segar maupun yang sudah diproses/diolah
mempunyai shelf life
(waktu/ketahanan simpan atau daya keawetan) masing-masing yang berbeda. Sebagai
contoh, air susu segar mempunyai shelf-life yang relatif pendek
(berkisar 3 - 4 jam), karena kandungan air dan proteinnya yang tinggi (87,5%
dan 3,5%) serta nutrisinya lengkap, sehingga mudah rusak/busuk (perishable food) oleh
pengaruh mikroba. Untuk memperpanjang waktu simpannya susu segar bisa
dipanaskan (dipasteurisasi) sehingga shelf life-nya menjadi lebih
panjang (bisa selama beberapa bulan apabila dikemas secara aseptik). Bahkan
apabila diolah menjadi tepung susu (dikeringkan) mempunyai ketahanan simpan
sampai 4 - 10 bulan.
Shelf life dapat digunakan
untuk menentukan tanggal kadaluarsa (expired date) suatu produk pangan. Shelf life berbeda dengan tanggal kadaluarsa,
dimana shelf life lebih
berhubungan dengan kualitas/mutu pangan (food quality), sedangkan tanggal kadaluarsa
berhubungan dengan keamanan pangan (food safety). Suatu
produk pangan apabila telah terlewati shelf life-nya “masih aman” untuk
dikonsumsi, namun “secara kualitas” sudah tidak terjamin (tidak memenuhi
syarat). Untuk mensiasati agar shelf life suatu produk tidak terlewati,
penjual biasanya mengatur perputaran stok produk yang dijual, dimana produk
yang shelf-life-nya pendek ditaruh pada rak penjualan/pajangan yang
terdepan, sehingga pembeli akan mengambil/membeli terlebih dahulu
dibandingkan produk sejenis yang shelf-life-nya lebih panjang/lama.
Tanggal kadaluarsa merupakan informasi dari produsen kepada konsumen, yang
menyatakan batas/tenggang waktu penggunaan/pemanfaatan yang paling “baik”
(kualitas) dan paling “aman” (kesehatan) dari produk makanan atau minuman.
Artinya produk tersebut memiliki “mutu yang paling prima” hanya sampai batas
waktu tersebut. Jika kita mengkonsumsi atau menggunakan produk yang sudah
kadaluarsa (lewat tanggal kadaluarsa) berarti kita menggunakan produk yang
mutunya sudah jelek dan kemungkinan dapat membahayakan kesehatan, karena produk
tersebut sudah tidak layak untuk dikonsumsi. Jadi sebaiknya penggunaannya
sebelum tanggal kadaluarsa berakhir. Penyertaan tanggal kadaluarsa pada produk
pangan sebenarnya bersifat preventif, agar konsumen terhindar dari produk yang
sudah tidak layak konsumsi.
Penulisan
Tanggal Kadaluarsa pada Kemasan Produk Pangan
Mencari dan membaca tanggal
kadaluarsa suatu produk pangan yang akan kita beli ternyata sulit juga. Tanggal
kadaluarsa biasanya dicetak/ditulis setelah tulisan expired date (tanggal kadaluarsa) atau Best used
before (baik digunakan sebelum), berupa kode yang menunjukkan tanggal,
bulan, tahun. Cara penulisannnya bisa berbeda-beda, bisa seperti kode :
031209, atau disingkat : 03 Des 09 atau secara lengkap : 03 Desember 2009.
Pencantuman tanggal kadaluarsa biasanya pada kemasan primer (bungkus yang
langsung berhubungan dengan produk), pada tempat yang berbeda-beda, ada yang
dicetak di tutup dan leher botol, di tutup dan dasar kaleng, di label depan dan
belakang kemasan atau di daerah kemasan lainnya, sehingga tak jarang kita harus
teliti mencari-cari letak tanggal kadaluarsa tersebut. Belum lagi diperparah
dengan cetakan yang sulit dibaca dan kurang jelas, karena dicetak dengan
tulisan yang relatif kecil atau dicetak dengan tinta warna hitam pada kemasan
yang warna latarnya gelap sehingga kontras.
Pada beberapa produk,
kita akan melihat cara penulisan tanggal seperti “Best Before” atau “use by”.
Hal ini menunjukkan perbedaan. “Best before” memiliki arti bahwa tanggal yang
tercantum merupakan tanggal di mana suatu produk masih layak dikonsumsi
meskipun telah melewati batas tanggal yang tertera, namun keadaan produk
(makanan) tersebut sudah tidak segar atau tidak sebaik jika dikonsumsi sebelum
tanggal yang tertera. Namun, anda tetap harus mewaspadai perubahan bentuk,
warna atau rasa dari produk tersebut.
Sementara “Use by”
menunjukkan tanggal di mana produk tersebut sudah tidak dapat dikonsumsi lagi.
Umumnya produk yang menggunakan kata “use by” adalah produk dengan waktu
kadaluarsa yang relatif pendek seperti susu hasil pasteurisasi, keju lunak
maupun makanan cepat saji.
Kewajiban pencantuman masa
kadaluarsa pada label pangan diatur dalam Undang-undang Pangan no. 7/1996 serta Peraturan Pemerintah No. 69/1999
tentang Label dan Iklan Pangan, dimana setiap industri pangan wajib
mencantumkan tanggal kadaluarsa (expired date) pada setiap kemasan produk
pangan.
Penentuan umur simpan produk pangan
dapat dilakukan dengan menyimpan produk pada kondisi penyimpanan yang
sebenarnya. Cara ini menghasilkan hasil yang paling tepat, namun memerlukan
waktu yang lama dan biaya yang besar. Kendala yang sering dihadapi oleh
industri dalam penentuan umur simpan suatu produk adalah masalah waktu, karena
bagi produsen hal ini akan mempengaruhi jadwal launching suatu produk pangan.
Oleh karena itu diperlukan metode pendugaan umur simpan cepat, mudah, murah dan
mendekati umur simpan yang sebenarnya.
Metode pendugaan umur simpan dapat
dilakukan dengan metode Accelerated Shelf-life Testing (ASLT), yaitu dengan
cara menyimpan produk pangan pada lingkungan yang menyebabkannya cepat rusak,
baik pada kondisi suhu atau kelembaban ruang penyimpanan yang lebih tinggi.
Data perubahan mutu selama penyimpanan diubah dalam bentuk model matematika,
kemudian umur simpan ditentukan dengan cara ekstrapolasi persamaan pada kondisi
penyimpanan normal. Metode akselerasi dapat dilakukan dalam waktu yang lebih
singkat dengan akurasi yang baik. Metode ASLT yang sering digunakan adalah
dengan model Arrhenius dan model kadar air kritis sebagaimana dijelaskan
berikut ini.
Metode
pendugaan umur simpan model Arrhenius
Metode ASLT model Arrhenius banyak
digunakan untuk pendugaan umur simpan produk pangan yang mudah rusak oleh
akibat reaksi kimia, seperti oksidasi lemak, reaksi Maillard, denaturasi
protein, dan sebagainya. Secara umum, laju reaksi kimia akan semakin cepat pada
suhu yang lebih tinggi yang berarti penurunan mutu produk semakin cepat
terjadi. Produk pangan yang dapat ditentukan umur simpannnya dengan model
Arrhenius di antaranya adalah makanan kaleng steril komersial, susu UHT, susu
bubuk/formula, produk chip/snack, jus buah, mi instan, frozen meat, dan produk
pangan lain yang mengandung lemak tinggi (berpotensi terjadinya oksidasi lemak)
atau yang mengandung gula pereduksi dan protein (berpotensi terjadinya reaksi
kecoklatan).
Karena reaksi kimia pada umumnya
dipengaruhi oleh suhu, maka model Arrhenius mensimulasikan percepatan kerusakan
produk pada kondisi penyimpanan suhu tinggi di atas suhu penyimpanan normal.
Laju reaksi kimia yang dapat memicu kerusakan produk pangan umumnya mengikuti
laju reaksi ordo 0 dan ordo 1 (persamaan 1 dan 2). Tipe kerusakan pangan yang
mengikuti model reaksi ordo nol adalah degradasi enzimatis (misalnya pada buah
dan sayuran segar serta beberapa pangan beku); reaksi kecoklatan non-enzimatis
(misalnya pada biji-bijian kering, dan produk susu kering); dan reaksi oksidasi
lemak (misalnya peningkatan ketengikan pada snack, makanan kering dan pangan
beku). Sedangkan tipe kerusakan bahan pangan yang termasuk dalam rekasi ordo
satu adalah (1) ketengikan (misalnya pada minyak salad dan sayuran kering); (2)
pertumbuhan mikroorganisme (misal pada ikan dan daging, serta kematian
mikoorganisme akibat perlakuan panas); (3) produksi off flavor oleh mikroba;
(4) kerusakan vitamin dalam makanan kaleng dan makanan kering; dan (5)
kehilangan mutu protein (makanan kering) (Labuza, 1982).
Konstanta laju reaksi kimia (k),
baik ordo nol maupun satu, dapat dipengaruhi oleh suhu. Karena secara umum
reaksi kimia lebih cepat terjadi pada suhu tinggi, maka konstanta laju reaksi
kimia (k) akan semakin besar pada suhu yang lebih tinggi. Seberapa besar
konstanta laju reaksi kimia dipengaruhi oleh suhu dapat dilihat dengan
menggunakan model persamaan Arrhenius (persamaan 3) sebagai berikut:
Rumus (laboratory)
Model Arrhenius dilakukan dengan
menyimpan produk pangan dengan kemasan akhir pada minimal tiga suhu penyimpanan
ekstrim. Percobaan dengan metode Arrhenius bertujuan untuk menentukan konstanta
laju reaksi (k) pada beberapa suhu penyimpanan ekstrim, kemudian dilakukan
ekstrapolasi untuk menghitung konstanta laju reaksi (k) pada suhu penyimpanan
yang diinginkan dengan menggunakan persamaan Arrhenius (persamaan 3). Dari
persamaan tersebut dapat ditentukan nilai k (konstanta penurunan mutu) pada
suhu penyimpanan umur simpan, kemudian digunakan perhitungan umur simpan sesuai
dengan ordo reaksinya (persamaan 1 dan 2).
Metode
pendugaan umur simpan model Kadar Air Kritis
Kerusakan produk pangan dapat
disebabkan oleh adanya penyerapan air oleh produk selama penyimpanan. Produk
pangan yang dapat mengalami kerusakan seperti ini di antaranya adalah produk
kering, seperti snack, biskuit, krupuk, permen, dan sebagainya. Kerusakan
produk dapat diamati dari penurunan kekerasan atau kerenyahan, dan/atau
peningkatan kelengketan atau penggumpalan. Laju penyerapan air oleh produk
pangan selama penyimpanan dipengaruhi oleh tekanan uap air murni pada suhu
udara tertentu, permeabilitas uap air dan luasan kemasan yang digunakan, kadar
air awal produk, berat kering awal produk, kadar air kritis, kadar air
kesetimbangan pada RH penyimpanan, dan slope kurva isoterm sorpsi air,
faktor-faktor tersebut diformulasikan oleh Labuza dan Schmidl (1985) menjadi
model matematika (persamaan 4) dan digunakan sebagai model untuk menduga umur
simpan. Model matematika ini dapat diterapkan khususnya untuk produk pangan
kering yang memiliki kurva isoterm sorpsi air (ISA) berbentuk sigmoid.
Model untuk menduga umur simpan
produk pangan yang mudah rusak karena penyerapan air adalah dengan pendekatan
metode kadar air kritis. Data percobaan yang diperoleh dapat mensimulasi umur
simpan produk dengan permeabilitas kemasan dan kelembaban relatif ruang
penyimpanan yang berbeda.
Produk pangan yang mengandung kadar
sukrosa tinggi, seperti permen, umumnya bersifat higroskopis dan mudah
mengalami penurunan mutu selama penyimpanan yang disebabkan oleh terjadinya
penyerapan air. Umur simpan produk seperti ini akan ditentukan oleh seberapa
mudah uap air dapat bermigrasi ke dalam produk selama penyimpanan dengan
menembus kemasan. Semakin besar perbedaan antara kelembaban relatif lingkungan
penyimpanan dibandingkan kadar air produk pangan, maka air semakin mudah
bermigrasi.
Kurva ISA sukrosa dan produk pangan
yang mengandung sukrosa tinggi lebih sulit ditentukan, karena sifat higroskopis
dari gula yang menyebabkan penyerapan air berlangsung terus menerus dan tidak
mencapai kondisi kesetimbangan, terutama pada kelembaban relatif (RH) di atas
75% (Guo, 1997). Kurva ISA produk pangan yang mengandung gula tinggi juga tidak
berbentuk sigmoid sehingga kadar air ksetimbangan dan kemiringan kurva sulit
ditentukan (Adawiyah, 2006).
Oleh karena itu, penentuan umur simpan produk
pangan yang mengandung kadar gula tinggi tidak dapat menerapkan model persamaan
(4). Pendekatan yang dapat dilakukan adalah dengan memodifikasi model persamaan
(4) dengan mengganti slope kurva ISA (b) dan kadar air kesetimbangan (Me)
dengan perbedaan tekanan (∆P) antara di dalam dan di luar kemasan (Labuza dan
Schmidl, 1985). Hal ini didasarkan pada prinsip terjadinya migrasi uap air dari
udara ke dalam produk yang disebabkan oleh perbedaan tekanan udara antara di
luar kemasan dan di dalam kemasan
Model matematika tersebut dapat
dilihat pada persamaan (5). Untuk menentukan ∆P diperlukan data aktivitas air
(aw) produk, dengan asumsi terjadi kesetimbangan antara RH di dalam kemasan
dengan aw produk.
Makanan
Yang Dikemas Secara Vakum
Pengemasan vakum didasarkan
pada prinsip pengeluaran udara dari kemasan sehingga tidak ada udara dalam
kemasan yang dapat menyebabkan produk yang dikemas menjadi rusak. Mekanismenya
kemasan yang telah berisi bahan dikosongkan udaranya, ditutup dan direkatkan.
Dengan ketiadaan udara dalam kemasan, maka kerusakan akibat oksidasi dapat
dihilangkan sehingga kesegaran produk yang dikemas akan lebih bertahan 3 – 5
kali lebih lama daripada produk yang dikemas dengan pengemasan nonvakum.
Pengemasan bertekanan digunakan untuk mengemas bahan pangan dengan prinsip memberi tekanan pada kemasan hingga kemasan tersebut menggembung. Sebelum dilakukan pengemasan, dilakukan penambahan gas nitrogen yang berguna untuk melindungi bahan agar tidak rusak ketika diberi tekanan. Mekanisme pengemasannya yaitu dengan meletakkan pengemas yang berisi bahan secara horizontal pada alas pengemas bertekanan, posisi saluran gas berada diantara plastik, kemudian alat ditutup. Secara otomatis alat tersebut akan menambahkan gas, tekanan, dan kemudian proses sealing.
Pengemasan bertekanan digunakan untuk mengemas bahan pangan dengan prinsip memberi tekanan pada kemasan hingga kemasan tersebut menggembung. Sebelum dilakukan pengemasan, dilakukan penambahan gas nitrogen yang berguna untuk melindungi bahan agar tidak rusak ketika diberi tekanan. Mekanisme pengemasannya yaitu dengan meletakkan pengemas yang berisi bahan secara horizontal pada alas pengemas bertekanan, posisi saluran gas berada diantara plastik, kemudian alat ditutup. Secara otomatis alat tersebut akan menambahkan gas, tekanan, dan kemudian proses sealing.
Heat sealing merupakan
proses penutupan kemasan berbahan plastik menggunakan panas dengan
menggabungkan dua jenis plastik berbahan sama. Beberapa alat pengemas yang
menggunakan metode heat sealing yaitu hand sealer, vertical sealer, dan cup
sealer. Hand sealer merupakan mesin pengemas untuk bahan plastik secara manual
yang berdasar pada penggunaan panas untuk menggabungkan dua lapis plastik. Hand
sealer digunakan secara manual dengan cara meletakkan bagian yang akan
digabungkan kemudian menekannya dengan head dari mesin tersebut. Panas yang
terdistribusi pada bagian alas dan head mesin yang mengakibatkan plastik
tersebut lengket dan bergabung
Prinsip heat sealing
(pengemasan biasa) adalah penutupan kemasan berbahan plastik menggunakan panas
dengan menggabungkan dua jenis plastik berbahan sama. Pengemasan cara biasa
memiliki keuntungan diantaranya mudah , murah ,alat sederhana. Kelemahan metode
pengemasan ini adalah ada kemungkinan sealing yang kurang sempurna, masih ada
celah sehingga udara atau uap air dapat masuk, karena heat sealer dioperasikan
secara manual.
Pengemasan vakum
didasarkan pada prinsip pengeluaran udara dari kemasan sehingga tidak ada udara
dalam kemasan yang dapat menyebabkan produk yang dikemas menjadi rusak
Pengemasan dengan alat pengemas vakum membuat produk yang dikemas lebih tahan
lama. Kelemahannya yaitu alat pengemas vakum membutuhkan harga alat mahal
serta energi listrik yang besar untuk pengoperasiannya sehingga biaya
lebih tinggi. Selain itu pengemasan metode vakum tidak tepat diaplikasikan pada
produk makanan kering.
Referensi
Adawiyah,D.R.
2006. Hubungan Sorpsi Air, Suhu Transisi
Gelas dan Mobilitas Air Serta Pengaruhnya Terhadap Stabilitas Produk Pada Model
Pangan. Disertasi. Sekolah Pasca Sarjana IPB, Bogor.
Coles, Richard, McDowell, Kirwan, M.J., 2003. Food Packaging Technology, page 68-194, CRC Press,
Guo,W.X.
1997. Influence of Relative Humidity on
The Stress Relaxation of Sucrose Compact. Department of Pharmacy University
of Toronto, Canada.
Labuza,T.P.
1982. Shelf Life Dating of Foods.
Food and Nutrition Press Inc., Westport, Connecticut.
Labuza,T.P.
and Schmidl,M.K. 1985. Accelerated shelf
life testing of foods. Food Technology, 39 (9), 57-62, 64, 134.
Sandjaya, B. 1992. Isolasi dan Identifikasi Mikrobakteri. Widyia
Medika, Jakarta.
Syarif, R dan Hariadi, H.
1992. Teknologi Penyimpanan Pangan. Arcan, Jakarta.
Anonim.2008.http://www.mesinpengemas.com/Mesin_Pengemas_Vakum_Mesin_Vacuum_sealer_Mesin_Kemasan_Vakum.html.