BAB
I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Istilah ekologi pertama kali digunakan oleh Erneast Haeckel
pada pertengahan tahun 1860-an. Istilah ini berasal dari bahasa Yunani, oikos yang berarti rumah dan logos yang
berarti ilmu. Jadi, secara harfiah, ekologi adalah ilmu yang mempelajari
mahkluk hidup dalam rumahnya. Atau dapat diartikan ilmu yang mempelajari rumah
makhluk hidup.
Ekologi merupakan pendekatan holistik terhadap pemahaman akan organism hidup dalam konteks relasinya baik dengan lingkungan fisik (abiotik) maupun dengan satu sama lain (biotic). Interaksi-interaksi organism hiduplah yang merupakan bahan mentah bagi pengkajian-pengkajian ekologis.
Unit ekologis adalah ekosistem, yang merupakan sebuah kelompok yang terdiri atas beragam populasi yang berinteraksi dalam suatu daerah tertentu. Daerah (habitat) tersebut bisa jadi sebesar kolam local. Beberapa pengertian yang biasanya tercakup dalam wilayah kerja ekologi:
1) Individu
Individu adalah suatu satuan struktur yang membangun satu kehidupan dalam bentuk makhluk.
2) Populasi
Populasi adalah kumpulan individu dari jenis yang sama dan berada di suatu tempat dan waktu tertentu.
3) Komunitas
Ekologi merupakan pendekatan holistik terhadap pemahaman akan organism hidup dalam konteks relasinya baik dengan lingkungan fisik (abiotik) maupun dengan satu sama lain (biotic). Interaksi-interaksi organism hiduplah yang merupakan bahan mentah bagi pengkajian-pengkajian ekologis.
Unit ekologis adalah ekosistem, yang merupakan sebuah kelompok yang terdiri atas beragam populasi yang berinteraksi dalam suatu daerah tertentu. Daerah (habitat) tersebut bisa jadi sebesar kolam local. Beberapa pengertian yang biasanya tercakup dalam wilayah kerja ekologi:
1) Individu
Individu adalah suatu satuan struktur yang membangun satu kehidupan dalam bentuk makhluk.
2) Populasi
Populasi adalah kumpulan individu dari jenis yang sama dan berada di suatu tempat dan waktu tertentu.
3) Komunitas
Komunitas adalah kumpulan populasi yang berinteraksi satu
sama lain, yang hidup bersama dalam suatu tempat.
4) Ekosistem
Ekosistem adalah tingkat organisasi yang lebih tinggi dari komunitas. Pada ekosistem terdapat hubungan timbale balik antara makhluk hidup dan lingkungan abiotiknya, yang membentuk suatu system yang dapat diketahui aliran energy dan siklus materinya.
Dilihat dari unsure penyusunnya, ekosistem dapat dibedakan menjadi empat macam, yaitu:
a. Bahan tak hidup atau abiotik, yang berupa komponen fisik dan kimia.
b. Produsen yaitu organism autotrofik
c. Konsumen, yaitu organism heterotrofik
d. Pengurai, perombak atau dekomposer
4) Ekosistem
Ekosistem adalah tingkat organisasi yang lebih tinggi dari komunitas. Pada ekosistem terdapat hubungan timbale balik antara makhluk hidup dan lingkungan abiotiknya, yang membentuk suatu system yang dapat diketahui aliran energy dan siklus materinya.
Dilihat dari unsure penyusunnya, ekosistem dapat dibedakan menjadi empat macam, yaitu:
a. Bahan tak hidup atau abiotik, yang berupa komponen fisik dan kimia.
b. Produsen yaitu organism autotrofik
c. Konsumen, yaitu organism heterotrofik
d. Pengurai, perombak atau dekomposer
5)
Biosfer
Biosfer adalah organisasi biologi terbesar yang mencakup semua kehidupan di bumi dan adanya interaksi antara lingkungan fisik secara keseluruhan.
Biosfer adalah organisasi biologi terbesar yang mencakup semua kehidupan di bumi dan adanya interaksi antara lingkungan fisik secara keseluruhan.
Perairan tawar
kebanyakan berupa perairan pedalaman. Susunan dan kadar garam terlarutnya
relatif rendah atau dapat diabaikan. Ekosistem perairan tawar dapat dibagi
menjadi dua jenis, yaitu air tawar mengalir (lotik) dan ait tawar diam
(lentik). Air tawar mengalir terdiri dari air bergerak yang mengalir
terus-menerus kea rah tertentu, termasuk semua sungai dan aliran dengan segala
ukuran. Sedangkan periaran tawar lentik terdediri dari air tergenang, seperti
danau, kolam, dan rawa.
Perairan mengalir
mempunyai corak tertentu yang secara jelas membedakannya dengan perairan
tergenang. Sejumlah tumbuhan terdapat terbatas pada air yang mengalir. Tumbuhan
tersebut mencakup spesies ganggang merah dan paku air. Ada juga tumbuhan
bunga yang khas pada air mengalir, yang secara tertaur berkembang biak dengan
biji. Hewan air mengalir mencakup siput air tawar, hydroid, lintah, dan larva
lalat hitam. Contoh dari
ekosistem air tawar lotik adalah Sungai, air terjun dan selokan.
1.2. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang dikemukakan dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
1.
Apa Itu Ekologi Air Tawar Lotik?
2.
Apa Saja Contoh Dari Ekologi Air Lotik?
3.
Apa Yang Menjadi Fauna Maupun Flora Ekologi Air Tawar
Lotik?
4.
Apa Saja Faktor Fisika – Kimia Ekologi Air Tawar
Lotik?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Bioma Air Tawar
Bioma adalah Bioma adalah sekelompok
hewan dan tumbuhan yang
tinggal di suatu lokasi geografis tertentu. Secara fisik dan biologis bioma air
tawar merupakan perantara habitat laut dan habitat darat. Sepanjang evolusi di
dalam keturunan organisme ( bentuk kehidupan ) laut yang mengalami perpindahan
ke air tawar, ada beberapa yang beradaptasi ke ligkungan air payau, yaitu di
muara sungai.
Air tawar memiliki sifat salinitas
(kadar garam) rendah. Bioma air tawar dibedakan menjadi ekosistem lentik (yang
airnya tenang), misalnya danau, kolam, rawa, dan ekosistem lotik (yang airnya
mengalir), misalnya sungai, air
terjun, selokan.
Tumbuhan yang menghuni lingkungan
perairan tawar ada yang berukuran besar (makrohidrofita), ada yang berukuran
kecil (mikrohidrofita), yaitu ganggang. Tumbuhan biji di ekosistem air tawar misalnya
teratai dan eceng gondok. Tumbuhan yang berukuran mikroskopis misalnya ganggang
biru, ganggang hijau, dan diatom. Sedangkan hewan yang hidup di perairan air
tawarsebagian besar berupa ikan perairan air tawar, contoh ordo bridae.
2.1.1. Pengelompokkan
Organisme Pada Bioma Air Tawar
1.
Berdasarkan cara memperoleh makanan atau energi, dibagi menjadi 2 kelompok:
a. Organisme
autotrof: organisme yang dapat mensintesis makanannya sendiri. Tumbuhan hijau
tergolong organisme autotrof, peranannya sebagai produsen dalam ekosistem air
tawar.
b. Fagotrof dan
Saprotrof: merupakan konsumen dalam ekosistem air tawar. Fogotrof adalah
pemakan organisme lain, sedang Saprotrof adalah pemakan sampah atau sisa
organisme lain.
2.
Berdasarkan kebiasaan kehidupan dalam air, organisme air tawar dibedakan atas 5
macam:
a.
Plankton: terdiri atas fitoplankton (plankton tumbahan) dan zooplankton
(plankton hewan), merupakan organisme yang gerakannya pasif selalu dipengaruhi
oleh arus air.
b.
Nekton: organisme yang bergerak aktif berenang. Contoh: ikan, serangga air.
c.
Neston: organisme yang beristirahat dan mengapung di permukaan air.
d.
Bentos: organisme yang hidup di dasar perairan.
e.
Perifiton: organisme yang melekat pada suatu substrat (batang, akar,
batu-batuan) di perairan.
3.
Berdasarkan fungsinya, organisme air tawar dibedakan menjadi 3 macam:
a. Produsen:
terdiri dari Bolongan ganggang, ganggang hijau dan ganggang biru, golongan
spermatophyta, misal: eceng gondok, teratai, kangkung, genger, kiambang.
b. Konsumen: meliputi
hewan-hewan, serangga, udang, siput, cacing, dan hewan-hewan lainnya.
c.
Dekomposer/pengurai: sebagian besar terdiri atas bakteri dan mikroba lain.
4.
Berdasarkan intensitas cahaya, ekosistem air tawar dibedakan menjadi 3 daerah,
yaitu:
a. Daerah litoral:
daerah air dangkal, sinar matahari dapat menembus sampai dasar perairan
organisme daerah litoral adalah tumbuhan yang berakar, udang, cacing dan
fitoplankton.
b. Daerah limnetik:
daerah terbuka yang masih dapat ditembus oleh cahaya matahari. Organisme daerah
ini adalah plankton, neston dan nekton.
c. Daerah
profundal: daerah dasar perairan tawar yang dalam sehingga sinar matahari tidak
dapat menembusnya. Produsen sudah tidak ditemukan lagi.
2.1.2. Faktor-faktor Pembatas Ekosistem Air Tawar.
Suhu Air
mempunyai beberapa sifat unik yang berhubungan dengan panas yang secara
bersama-sama mengurangi perubahan suhu sampai tingkat minimal,sehingga perbedaan
suhu dalam air lebih kecil dan perubahan yang terjadi lebih lambat dari
pada udara. Sifat yang terpenting adalah:
·
Panas jenis yang tinggiRelatif
sejumlah besar panas dibutuhkan untuk merubah suhu air. 1 gram kalori(gkal)
panas dibutuhkan untuk menaikkan suhu 1 ml (=1 gram) air 1 derajatCelcius lebih
tinggi (antara 15-160) hanya amonia dan beberapa senyawa lainmempunyai nilai
lebih dari satu.
·
Panas fusi yang tinggi80 kalori
dibutuhkan untuk mengubah 1 gram es menjadi air tanpa mengubahsuhunya (dan sebaliknya).
·
Panas evaporasi yang tinggi536 kalori diserap sewaktu evaporasi yang dapat
dikatakan berlangsung terusmenerus dari permukaan vegetasi, air dan es.
Sebagian besar sinar mataharidigunakan untuk evaporasi air dari ekosistem di
dunia, dan alur energi ini. mengubah
iklim dan memungkinkan perkembangan kehidupan dalam semuakeanekaragaman yang menakjubkan.
·
Kerapatan air tertinggiKerapatan air tertinggi terjadi
pada suhu 40 C, diatas dan dibawah titik tersebutair akan berkembang dan
menjadi lebih ringan. Walaupun variasi suhu dalam air tidak sebesar di udara,
hal ini merupakan faktor
pembatas utama, karena organisme akuatik seringkali mempunyai toleransiyang
sempit (stenotermal). Perubahan suhu menyebabkan pola sirkulasi
yang khas dan stratifikasi, yang amat mempengaruhi kehidupan akuatik.Daerah
perairan yang cukup luas dapat mempengaruhi iklim daerah daratan
disekitarnya.Suhu air paling baik dan efisien diukur menggunakan sensor
elektronis sepertitermistor.
KejernihanPenetrasi cahaya seringkali dihalangi oleh
zat yang terlarut dalam air,membatasi zona fotosintesa, dimana habitat akuatik
dibatasi oleh kedalaman.Kekeruhan, terutama bila disebabkan oleh lumpur dan
partikel yangdapatmengendap, seringkali penting sebagai faktor pembatas.
Sebaliknya, bila kekeruhandisebabkan oleh organisme, ukuran kekeruhan merupakan
indikasi produktivitas.Kejernihan dapat diukur dengan alat yang amat sederhana
yang disebut cakramsecchi (dinamakan menurut penemuannya, A.Secchi, seorang
Itali yangmemperkenalkannya pada tahun 1865)
berupa cakram putih dengan garis tengahkira-kira 20 cm .
2.2. Jenis- Jenis Ekosistem Air
Tawar Lotik
2.2.1. Sungai
Sungai adalah suatu badan air yang mengalir ke satu arah. Air
sungai dingin dan jernih serta mengandung sedikit sedimen dan makanan. Aliran
air dan gelombang secara konstan memberikan oksigen pada air. Suhu air
bervariasi sesuai dengan ketinggian dan garis lintang.Komunitas yang berada di
sungai berbeda dengan danau. Air sungai yang mengalir deras tidak mendukung
keberadaan komunitas plankton untuk berdiam diri, karena akan terbawa arus.
Sebagai gantinya terjadi fotosintesis dari ganggang yang melekat dan tanaman
berakar, sehingga dapat mendukung rantai makanan. Komposisi komunitas hewan
juga berbeda antara sungai, anak sungai, dan hilir. Di anak sungai sering
dijumpai makhluk air tawar. Di hilir sering dijumpai ikan gurami. Beberapa
sungai besar dihuni oleh berbagai kurakura dan ular. Khusus sungai di daerah
tropis, dihuni oleh buaya dan lumba-lumba. Organisme sungai dapat bertahan tidak
terbawa arus karena mengalami adaptasi evolusioner. Misalnya bertubuh tipis
dorsoventral dan dapat melekat pada batu.
Ekosistem air tawar memiliki beberapa karakteristik, seperti
variasi suhu yang perubahannya tidak menyolok, tumbuhan yang dominannya alga,
dan keadaan lingkungannya dipengaruhi oleh iklim dan cuaca. Karateristik
ekosistem air tawar lainnya seperti tumbuhan rendah bersel satu mempunyai
dinding sel yang kuat, sedang tumbuhan tingkat tinggi mempunyai akar sulur
untuk melekat pada bagian dasar perairan, misalkan teratai, kangkung, ganggang
biru dan ganggang hijau. Sedangkan, karakteristik hewannya memiliki ciri-ciri
mengeluarkan air berlebih, garam diabsorpsi (diserap) melalui insang secara
aktif dan sedikit minum, air masuk dalam tubuh secara osmosis. Ekosistem air
tawar dibagi menjadi dua, yaitu lotik dan lentik. Ekosistem air tawar lotik
merupakan perairan berarus, contohnya adalah sungai. Adapun ekosistem air tawar
lentik memiliki ciri airnya tidak berarus. Contoh perairan lentik adalah danau.
Danau memiliki tiga wilayah horizontal, yaitu zona limnetik, zona litoral, dan
zona profundal. Zona limnetik adalah wilayah perairan yang masih bisa di tembus
oleh cahaya matahari. Di zona ini banyak didominasi oleh zooplankton dan
nekton. Zona litoral merupakan wilayah tepi pada danau dan sungai. Organisme
yang hidup di dalamnya adalah katak, serangga, dan Hydrilla. Adapun zona profundal adalah daerah dasar pada suatu
danau atau kolam. Organisme yang hidup di dalamnya adalah dekomposer. Habitat
air tawar merupakan perantara habitat laut dan habitat darat. Berdasarkan
kebiasaan hidup, organisme air tawar dibedakan sebagai berikut.
a.
Plankton, terdiri alas fitoplankton dan zooplankton; biasanya melayang-layang
(bergerak pasif) mengikuti gerak aliran air.
b.
Nekton, hewan yang aktif berenang dalam air, misalnya ikan.
c.
Neuston, organisme yang mengapung atau berenang di permukaan air atau bertempat
pada permukaan air, misalnya serangga air.
d.
Perifiton, merupakan tumbuhan atau hewan yang melekat pada tumbuhan atau benda
lain, misalnya siput.
e.
Bentos, hewan dan tumbuhan yang hidup di dasar atau hidup pada endapan. Bentos
dapat sessil (melekat) atau bergerak bebas, misalnya cacing dan remis.
Ekosistem
air tawar digolongkan menjadi air tenang dan air mengalir. Ekosistem air tenang
meliputi danau dan rawa, sedangkan ekosistem air mengalir adalah sungai.
Gambar 2.1. Jenis Biota Air Tawar
A. Pembagian daerah aliran
sungai:
1. Hulu
Ciri-ciri sungai yang berada di hulu
yaitu, dangkal, banyak sekali batu-batu, sempit, dan kadang terdapat air
terjun.
2. Peralihan
Ciri daerah peralihan adalah agak
dalam, batu-batu yang berada di sengai tidak membahayakan, banyak jeram. Dengan
ciri tersebut, daerah peralihan inilah yang cocok untuk melakukan pengarungan.
3.Hilir Cirinya,
kedalaman sungainya sangat dalam, lebar dan arusnya tenang.
Komposisi komunitas hewan dan
tumbuhan berbeda antara sungai, anak sungai, dan hilir. Di hilir sering
dijumpai ikan kucing dan gurame. Beberapa sungai besar dihuni oleh berbagai
kura-kura dan ular. Khusus sungai di daerah tropis, dihuni oleh buaya air
tawar. Lingkungan sungai sangat berbeda antara hulu dan hilir. Suhu, nutrien,
aliran air dan kejernihan bervariasi pada lingkungan yang berbeda.
Bagian-bagian dari sungai adalah hulu dan hilir. Setiap sungai mengalir dari
mata air, kebanyakan berasal dari pegunungan, air mengalir deras dari daerah
yang lebih tinggi, bagian teratas dari sungai disebut hulu. Dibagian Hulu, air
mengalir dengan deras, apabila bagian tersebut terlalu tinggi, terjadilah apa
yang kita sebut air terjun, seperti di tawang mangu di Solo, Jawa Tengah. Air
yang jatuh tersebut mengalir ke sungai kedaerah sepanjang daerah hilir
sungai. Biasanya berupa tanah datar, sehingga air sungai mengalir dengan
lambat. Karena mengandung banyak air, sehingga di sepanjang tepian sungai
banyak tumbuhan dan binatang air. Beberapa jenis binatang ada di sungai, kebanyakan
mereka memakan tumbuhan air. Tetapi ada juga yang makan binatang kecil lainnya
yang sering berada di sekitar sungai.
Gambar 2.2. Contoh Dari Sungai
B. Tumbuhan Sungai
Hampir semua golongan tumbuhan
terdapat pada sungai, tumbuhan tingkat tinggi (Dikotil dan Monokotil), tumbuhan
tingkat rendah (jamur, ganggang biru, ganggang hijau).
Tumbuhan sungai yang sangat sering dijumpai contohnya
Eceng Gondok, tanaman air yang sangat berguna untuk membersihkan air dari logam
berat yang bisa meracuni sungai dan danau. Tanaman ini sesungguhnya berasal
dari Amerika Selatan, tetapi sekarang menyebar luas kesemua daerah tropis dan
sub-tropis diseluruh dunia.
C. Hewan sungai
Hampir semua filum dari dunia hewan
terdapat pada sungai, misalnya protozoa, spans, cacing, molluska, serangga,
ikan, amfibi, reptilia, burung, mammalia. Ada yang selalu hidup di air, ada
pula yang ke air bila mencari makanan saja. Hewan yang selalu hidup di air
mempunyai cara beradaptasi dengan lingkungan yang berkadar garam rendah. Pada
ikan dimana kadar garam protoplasmanya lebih tinggi daripada air, mempunyai
cara beradaptasi sebagai berikut:
a. Sedikit minum, sebab air masuk ke dalam tubah
secara terus-menerus melalui proses osmosis.
b. Garam dari
dalam air diabsorbsi melalui insang secara aktif
c. Air diekskresikan melalui ginjal secara
berlebihan, juga diekskresikan melalui insang dan saluran pencernaan
D. Perbedaan Ekosistem Sungai dan Danau
Terdapat beberapa perbedaan antara
ekosistem sungai dimana terdapat aliran air dan ekosistem danau yang airnya
tenang/menggenang.
1. Adanya arus
2. Pertukaran antara air dengan dasar lebih intensif karena adanya arus.
3. Pada air mengalir, kadar oksigen lebih tinggi dibandingkan air tenang
4. Percampuran suhu dan kandungan zat lebih merata
Pada air mengalir terdapat
beberapa adaptasi organism sebagai berikut :
a.
Melekat permanen pada substrat yang tetap misalnya batu dan tanaman
b. Mempunyai alat kait tau penghisap untuk melekat pada tempat yang licin
c. Permukaan bawah tubuh dapat dipakai untuk melekat. Beberapa jenis hewan
dapat melekat pada dasar dengan perantaraan bagian tubuh yang lekat
seperti golongan siput dan cacing pipih.
d. Bentuk badan strean line. Insekta, larva, dan ikan mempunyai bentuk tubuh
menyerupai telur yang membulat di depan dan membulat di belakang untuk
mengurangi tekanan air.
e. Bentuk tubuh pipih. Hewan di perairan mengalir mempunyai bentuk tubuh pipih
agar mudah bersembunyi di bawah batu
f. Rheothaksis positif. Organisme Air mengalir selalu berusaha berenang
menentang arus berbeda dengan organism perairan tenang yang bila diletakkan di
perairan tenang yang bila diletakkan di perairan mengalir selalu mengikuti
arus.
g. Tigmotaxis positif. Organisme perairan lotik mempunyai kecenderungan bergantung dan menempel pada
permukaan.
Pada air mengalir terdapat dua
zona utama, yaitu :
1. Zona air deras : airnya dangkal, kecepatan arus cukup besar untuyk bebas
dari pasir dan zat lain. Zona ini sebagian besar diisi oleh bentos atau
perifiton yang melekat erat pada dasr atau ikan yang berenangnya kuat.
2. Zona tenang : merupakan zona dalam dengan kecepatan arus yang berkurang
sehingga pasir dan lumpur mengendap ke dasar. Kondisi ini tidak menguntungkan
bagi bentos tetapi sanmgat menguntungkan bagi cacing, nekton, dan beberapa
plankton.
Komunitas yang berada di sungai berbeda dengan danau.
Air sungai yang mengalir deras tidak mendukung keberadaan komunitas plankton
untuk berdiam diri, karena akan terbawa arus. Sebagai gantinya terjadi
fotosintesis dari ganggang yang melekat dan tanaman berakar, sehingga dapat
mendukung rantai makanan.
Komposisi komunitas hewan juga berbeda antara sungai,
anak sungai, dan hilir. Di hilir sering dijumpai ikan kucing dan gurame.
Beberapa sungai besar dihuni oleh berbagai kura-kura dan ular. Khusus sungai di
daerah tropis, dihuni oleh buaya air tawar.
Organisme sungai dapat bertahan tidak terbawa arus
karena mengalami adaptasi evolusioner. Misalnya bertubuh tipis dorsoventral dan
dapat melekat pada batu. Beberapa jenis serangga yang hidup di sisi-sisi hilir
menghuni habitat kecil yang bebas dari pusaran air.
Selama musim panas, suhu air pada lapisan atas menjadi
lebih tinggi dari pada air lapisan bawah sehingga hanya air pada lapisan atas
yang mengalami sirkulasi dan tidak dapat bercampur dengan lapisan di bawahnya
yang lebih dingin dan lebih padat sehingga terdapat lapisan dengan gradient
temperatur yang tajam yang di sebut dengan Thermocline.
Air hangat yang mengalami sirkulasi pada bagian atas
disebut Epilimnion yang terjadi pada permukaan atas danau. Air dingin pada bagian bawah yang tidak mengalami sirkulasi di sebut dengan
Hypolimnion. Pada musim dingin, suhu air pada Epilimnion dengan hypolimnion
relatif sama. Ini menyebabkan gerakan air yang mengakibatkan bagian danau yang
dalam mendapat pasokan oksigen.
E. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ekosistem Sungai
1. Faktor Fisika
Suhu mempengaruhi aktivitas
metabolisme organisme, karena itu penyebaran organisme baik dilautan maupun
diperairan tawar dibatasi oleh suhu perairan tersebut. Suhu sangat berpengaruh
terhadap pertumbuhan dan kehidupan biota air. Secara umum, laju pertumbuhan
meningkat sejalan dengan kenaikan suhu, dapat menekan kehidupan hewan budidaya
bahkan menyebabkan kematian bila peningkatan suhu sampai ekstrim(drastis).
Suhu merupakan salah satu factor
pembatas terhadap ikan-ikan atau biota akuatik. Suhu dapat mengendalikan fungsi
fisiologis organisme dan berperan secara langsung atau tidak langsung bersama
dengan komponen kualitas lainnya mempengaruhi kualitas akuatik. Temperature air
mengendalikan spawing dan hatching, mengendalikan aktivitas, memacu atau
menghambat pertumbuhan dan perkembangan menyebababkan air menjadi panas atau
dingin sekali secara mendadak . temperature juga mempengaruhi berbagai macam
reaksi fisika dan kimiawi di dalam lingkungan akuatik .
Faktor
kecerahan ini berhubungan dengan penetrasi cahaya. Kecerahan perairan tinggi
memenuhi berarti cahaya yang tinggi dan ideal untuk memicu produktivitas
perairan yang tinggi pula.
2. Faktor Kimia
Oksigen adalah
salah satu unsur kimia penunjang utama kehidupan. Dalam air laut, oksigen
dimanfaatkan oleh organisme perairan untuk proses respirasi dan untuk
mengurangi zat organic oleh mikroorgfanisme. Ketiadaan oksigen dalam suatu perairan akan menyebabkan organism dalam
perairan tersebut tidak akan hidup dalam waktu yang lama. Oleh karena itu salah
satu cara untuk menjaga kelestarian kehidupan dalam laut adalah dengan cara
memantau kadar oksigen dalam perairan tersebut.
Suatu
limbah yang mengandung beban pencemar masuk ke lingkungan perairan dapat
menyebabkan perubhan kualitas air. Salah satu efeknya adalah menurunnya kadar
oksigen terlarut yang berpengaruh terhadap fungsi fisiologis organisme akuatik.
Air limbah memungkinkan mengandung mikroorganisme patogen atau bahan kimia
beracun berbahaya yang dapat menyebabkan penyakit infeksi dan tersebar ke
lingkungan.
pH air
mempengaruhi tangkat kesuburan perairan karena mempengaruhi kehidupan jasad
renik. Perairan asam akan kurang produktif, malah dapat membunuh hewan
budidaya. Pada pH rendah( keasaman tinggi), kandungan oksigan terlarut
akan berkurang, sebagai akibatnya konsumsi oksigen menurun, aktivitas naik dan
selera makan akan berkurang. Hal ini sebaliknya terjadi pada suasana basa. Atas
dasar ini, maka usaha budidaya perairan akan berhasil baik dalam air dengan pH
6,5 – 9.0 dan kisaran optimal adalah ph 7,5 – 8,7 .
3. Faktor
Biologi
Fitoplankton
merupakan salah satu parameter biologi yang erat hubungannya dengan fosfat dan
nitrat. Tinggi rendahnya kelimpahan fitoplankton disuatu perairan tergantung
tergantung pada kandungan zat hara fosfat dan nitrat. Sama halnya seprti zat
hara lainnya, kandungan fosfat dan nitrat disuatu perairan, secara alami
terdapat sesuai dengan kebutuhan organisme yang hidup diperairan
tersebut.
Air dari alam atau natural water secara foundamental akan berbeda
kondisinya dengan air dari tempat budidaya, terutama sistem tertutup yang
menggunakan akuarium atau bak, berdasarkan sifat kimia maupun biologi. Jumlah
ikan ditempat budidaya umumnya jauh lebih banyak dibandingkan jumlah air.
Akibatnya, material hasil metrabolisme yang dikeluarkan ikan tidak dapat
mengurai seimbang. Artinya, waktu penguraian metabolit secara alami tidak
mencukupi karena jumlahnya cukup banyak. Oleh karena itu, air tidak dapat atau
sulit kembali menjadi baik dan cenderung menghasilkan substannsi atau bahan
metabolit yang berbahaya bagi ikan
Untuk melengkapi kekurangan
pendekatan fisika kimiawi dapat dilakukan dengan memberdayakan komunitas
makroinvertebrata, yaitu hewan – hewan yang tidak mempunyai tulang belakang dan
berukuran relatif tidak bergerak mempnyai siklus hidup yang panjang dan
mempunayai keanekaragaman tinggi yan tersebar di hulu sampai di hilir sungai.
Ditemukan suatu kelompok mikroinvertebrata mencerminkan kondisi air sungai
apakah masih baik (tidak mengalami pencemaran organik tertentu), atau telah
mengalami pencemaran organik terlarut atau telah mengganggu .
2.2.2. Air Terjun
Air
terjun adalah formasi geologi dari arus air yang mengalir melalui suatu formasi
bebatuan yang mengalami erosi dan jatuh ke bawah dari ketinggian. Air
terjun dapat berupa buatan yang biasa digunakan di taman. Beberapa air terjun
terbentuk di lingkungan pegunungan dimana erosi kerap terjadi. Air
terjun merupakan salah satu sumber alami ion negatif. Ion negatif (atau lebih
tepat, negative-charged ion) adalah
molekul yang memiliki elektron tambahan. Ion negatif yang kita bahas di
sini, adalah ion-ion yang dihasilkan oleh air terjun di
gunung. seperti yang kita tahu, bahwa ion negatif dapat membuat efek
sehat bagi tubuh manusia.
Gambar 2.3. Contoh Air Terjun
2.2.3. Selokan
Selokan adalah saluran untuk
menyalurkan air pembuangan dan/atau air hujan
untuk dibawa ke suatu tempat agar tidak menjadi masalah bagi lingkungan
dan kesehatan.
Selokan umumnya terdapat di pinggir jalan, didesain untuk mengalirkan kelebihan
air hujan dan air permukaan dari jalan raya,
tempat
parkir, sisi jalan, dan atap.
Gambar 2.5. contoh selokan
Besarnya selokan dihitung atas dasar curah hujan tertinggi,
aliran air buangan ataupun air tanah (khususnya didaerah pegunungan), ataupun
dari waduk untuk mengalirkan air keperluan irigasi. kalau kekecilan dapat
mengakibatkan air dari selokan meluap keluar dari selokan bahkan dapat
mengakibatkan banjir[1]. Agar air
dalam selokan dapat berjalan dengan lancar perlu dilakukan perawatan selokan
secara reguler untuk membuang aliran air dari sampah.
2.3. Pengelolaan Ekosistem Perairan
River continuum concept (Pengelolaan pesisir) Pengelolaan sumberdaya pesisir secara terpadu menghendaki adanya keberlanjutan (sustainability) dalam pemanfaatan sumberdaya pesisir. Sebagai kawasan yang dimanfaatkan untuk berbagai sektor pembangunan, wilayah pesisir memiliki kompleksitas isu, permasalahan, peluang dan tantangan.
Terdapat beberapa dasar hukum pengelolaan wilayah pesisir yaitu:
1) UU No. 5 tahun 1990, tentang Konservasi Sumberdaya Alam dan Ekosistemnya.
2) UU No. 24 tahun 1992, tentang Penataan Ruang.
3) UU No. 23 tahun 1997, tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup.
4) UU No. 22 tahun 1999, tentang Pemerintahan Daerah.
5) PP No. 69 tahun 1996, tentang Pelaksanaan Hak dan Kewajiban, Serta Bentuk dan Tata Cara Peran Serta Masyarakat Dalam Penataan Ruang.
6) Keputusan Presiden RI No. 32 tahun 1990, tentang Pengelolaan Kawasan Lindung.
7) Permendagri No. 8 tahun 1998, tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang di Daerah.
8) Berbagai Peraturan Daerah yang relevan.
Pemanfaatan sumberdaya pesisir dan laut yang tidak memenuhi kaidah-kaidah pembangunan yang berkelanjutan secara signifikan mempengaruhi ekosistemnya. Kegiatan pembangunan yang ada di kawasan ini akan dapat mempengaruhi produktivitas sumberdaya akibat proses produksi dan residu, dimana pemanfaatan yang berbeda dari sumberdaya pesisir kerap menimbulkan konflik yang dapat berdampak timbal balik. Oleh karena itu pemanfaatan sumberdaya pesisir untuk tujuan pembangunan nasional akan dapat berhasil jika dikelola secara terpadu (Integrated Coastal Zone Management, ICZM). Pengalaman membuktikan bahwa pengelolaan atau pemanfaatan kawasan pesisir secara sektoral tidaklah efektif Pengelolaan sumberdaya pesisir secara terpadu adalah suatu proses iteratif dan evolusioner untuk mewujudkan pembangunan kawasan pesisir secara optimal dan berkelanjutan. Tujuan akhir dari ICZM bukan hanya untuk mengejar pertumbuhan ekonomi (economic growth) jangka pendek, melainkan juga menjamin pertumbuhan ekonomi yang dapat dinikmati secara adil dan proporsional oleh segenap pihak yang terlibat (stakeholders), dan memelihara daya dukung serta kualitas lingkungan pesisir, sehingga pembangunan dapat berlangsung secara lestari. Dalam rangka mencapai tujuan tersebut maka unsur esensial dari ICZM adalah keterpaduan (integration) dan koordinasi. Setiap kebijakan dan strategi dalam pemanfaatan sumberdaya pesisir harus berdasarkan kepada : (1) pemahaman yang baik tentang proses-proses alamiah (eko-hidrologis) yang berlangsung di kawasan pesisir yang sedang dikelola; (2) kondisi ekonomi, sosial, budaya dan politik masyarakat; dan (3) kebutuhan saat ini dan yang akan datang terhadap barang dan (produk) dan jasa lingkungan pesisir.
Di dalam proses pengelolaan dilakukan identifikasi dan analisis mengenai berbagai isu pengelolaan atau pemanfaatan yang ada maupun yang diperkirakan akan muncul dan kemudian menyusun serta melaksanakan kebijakan dan program aksi untuk mengatasi isu yang berkembang. Proses pengelolaan kawasan pesisir secara terpadu dan berkelanjutan ini paling kurang memiliki empat tahapan utama : (1) penataan dan perencanaan, (2) formulasi, (3) implementasi, dan (4) evaluasi (Cicin-Sain and Knecht 1998). Pada tahap perencanaan dilakukan pengumpulan dan analisis data guna mengidentifikasi kendala dan permasalahan, potensi dan peluang pembangunan dan tantangan. Atas dasar ini, kemudian ditetapkan tujuan dan target pengelolaan atau pemanfaatan dan kebijakan serta strategi dan pemilihan struktur implementasi untuk mencapai tujuan tersebut.
Oleh karena tujuan ICZM adalah mewujudkan pembangunan kawasan pesisir secara berkelanjutan maka keterpaduan dalam perencanaan dan pengelolaan kawasan pesisir dan laut mencakup empat aspek, yaitu : (a) keterpaduan wilayah/ekologis; (b) keterpaduan sektor; (c) keterpaduan disiplin ilmu; dan (d) keterpaduan stakeholder. Dengan kata lain, penetapan komposisi dan laju/tingkat kegiatan pembangunan pesisir yang optimal akan menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang dapat dirasakan oleh segenap stakeholders secara adil dan berkelanjutan. Pengelolaan wilayah pesisir dan lautan secara terpadu pada dasarnya merupakan suatu proses yang bersifat siklikal. Dengan demikian terlihat bahwa pendekatan keterpaduan pengelolaan/pemanfaatan kawasan pesisir dan laut menjadi sangat penting, sehingga diharapkan dapat terwujud one plan dan one management serta tercapai pembangunan yang berkelanjutan dan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan.
River continuum concept (Pengelolaan pesisir) Pengelolaan sumberdaya pesisir secara terpadu menghendaki adanya keberlanjutan (sustainability) dalam pemanfaatan sumberdaya pesisir. Sebagai kawasan yang dimanfaatkan untuk berbagai sektor pembangunan, wilayah pesisir memiliki kompleksitas isu, permasalahan, peluang dan tantangan.
Terdapat beberapa dasar hukum pengelolaan wilayah pesisir yaitu:
1) UU No. 5 tahun 1990, tentang Konservasi Sumberdaya Alam dan Ekosistemnya.
2) UU No. 24 tahun 1992, tentang Penataan Ruang.
3) UU No. 23 tahun 1997, tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup.
4) UU No. 22 tahun 1999, tentang Pemerintahan Daerah.
5) PP No. 69 tahun 1996, tentang Pelaksanaan Hak dan Kewajiban, Serta Bentuk dan Tata Cara Peran Serta Masyarakat Dalam Penataan Ruang.
6) Keputusan Presiden RI No. 32 tahun 1990, tentang Pengelolaan Kawasan Lindung.
7) Permendagri No. 8 tahun 1998, tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang di Daerah.
8) Berbagai Peraturan Daerah yang relevan.
Pemanfaatan sumberdaya pesisir dan laut yang tidak memenuhi kaidah-kaidah pembangunan yang berkelanjutan secara signifikan mempengaruhi ekosistemnya. Kegiatan pembangunan yang ada di kawasan ini akan dapat mempengaruhi produktivitas sumberdaya akibat proses produksi dan residu, dimana pemanfaatan yang berbeda dari sumberdaya pesisir kerap menimbulkan konflik yang dapat berdampak timbal balik. Oleh karena itu pemanfaatan sumberdaya pesisir untuk tujuan pembangunan nasional akan dapat berhasil jika dikelola secara terpadu (Integrated Coastal Zone Management, ICZM). Pengalaman membuktikan bahwa pengelolaan atau pemanfaatan kawasan pesisir secara sektoral tidaklah efektif Pengelolaan sumberdaya pesisir secara terpadu adalah suatu proses iteratif dan evolusioner untuk mewujudkan pembangunan kawasan pesisir secara optimal dan berkelanjutan. Tujuan akhir dari ICZM bukan hanya untuk mengejar pertumbuhan ekonomi (economic growth) jangka pendek, melainkan juga menjamin pertumbuhan ekonomi yang dapat dinikmati secara adil dan proporsional oleh segenap pihak yang terlibat (stakeholders), dan memelihara daya dukung serta kualitas lingkungan pesisir, sehingga pembangunan dapat berlangsung secara lestari. Dalam rangka mencapai tujuan tersebut maka unsur esensial dari ICZM adalah keterpaduan (integration) dan koordinasi. Setiap kebijakan dan strategi dalam pemanfaatan sumberdaya pesisir harus berdasarkan kepada : (1) pemahaman yang baik tentang proses-proses alamiah (eko-hidrologis) yang berlangsung di kawasan pesisir yang sedang dikelola; (2) kondisi ekonomi, sosial, budaya dan politik masyarakat; dan (3) kebutuhan saat ini dan yang akan datang terhadap barang dan (produk) dan jasa lingkungan pesisir.
Di dalam proses pengelolaan dilakukan identifikasi dan analisis mengenai berbagai isu pengelolaan atau pemanfaatan yang ada maupun yang diperkirakan akan muncul dan kemudian menyusun serta melaksanakan kebijakan dan program aksi untuk mengatasi isu yang berkembang. Proses pengelolaan kawasan pesisir secara terpadu dan berkelanjutan ini paling kurang memiliki empat tahapan utama : (1) penataan dan perencanaan, (2) formulasi, (3) implementasi, dan (4) evaluasi (Cicin-Sain and Knecht 1998). Pada tahap perencanaan dilakukan pengumpulan dan analisis data guna mengidentifikasi kendala dan permasalahan, potensi dan peluang pembangunan dan tantangan. Atas dasar ini, kemudian ditetapkan tujuan dan target pengelolaan atau pemanfaatan dan kebijakan serta strategi dan pemilihan struktur implementasi untuk mencapai tujuan tersebut.
Oleh karena tujuan ICZM adalah mewujudkan pembangunan kawasan pesisir secara berkelanjutan maka keterpaduan dalam perencanaan dan pengelolaan kawasan pesisir dan laut mencakup empat aspek, yaitu : (a) keterpaduan wilayah/ekologis; (b) keterpaduan sektor; (c) keterpaduan disiplin ilmu; dan (d) keterpaduan stakeholder. Dengan kata lain, penetapan komposisi dan laju/tingkat kegiatan pembangunan pesisir yang optimal akan menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang dapat dirasakan oleh segenap stakeholders secara adil dan berkelanjutan. Pengelolaan wilayah pesisir dan lautan secara terpadu pada dasarnya merupakan suatu proses yang bersifat siklikal. Dengan demikian terlihat bahwa pendekatan keterpaduan pengelolaan/pemanfaatan kawasan pesisir dan laut menjadi sangat penting, sehingga diharapkan dapat terwujud one plan dan one management serta tercapai pembangunan yang berkelanjutan dan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan.
plankton
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
v Secara fisik
dan biologis bioma air tawar merupakan perantara habitat laut dan habitat darat.
v Tumbuhan yang
menghuni lingkungan perairan tawar ada yang berukuran besar (makrohidrofita),
ada yang berukuran kecil (mikrohidrofita).
v Suhu adlah factor pembatas pada air tawar , suhu dalam air lebih kecil dan
perubahan yang terjadi lebih lambat dari
pada udara.
v Sungai
adalah suatu badan air yang mengalir ke satu arah. Air sungai dingin dan jernih
serta mengandung sedikit sedimen dan makanan.
v Pembagian sungai berdasarkan daerah aliran sungainya
yaitu: hulu, Peralihan dan Hilir.
v Suhu sangat
berpengaruh terhadap pertumbuhan dan kehidupan biota air. Secara umum, laju
pertumbuhan meningkat sejalan dengan kenaikan suhu, dapat menekan kehidupan
hewan budidaya bahkan menyebabkan kematian bila peningkatan suhu sampai
ekstrim(drastis)
v Air terjun adalah formasi geologi dari arus air yang mengalir melalui suatu formasi
bebatuan yang mengalami erosi dan jatuh ke bawah dari ketinggian. Air
terjun dapat berupa buatan yang biasa digunakan di taman.
v Selokan adalah saluran untuk
menyalurkan air pembuangan dan/atau air
hujan untuk dibawa ke suatu tempat agar tidak menjadi
masalah bagi lingkungan dan kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA
Ewusie, J.Y. 1990. Pengantar
Ekologi Tropika. Bandung: Penerbit ITB.
Deshmukh, Ian. 1992. Ekologi dan Biologi Tropika. Jakarta: Yayasan Obor
Deshmukh, Ian. 1992. Ekologi dan Biologi Tropika. Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia.
Kimball, Jhon W. 1991. Biologi. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Romimohtarto, Kasijan. 2007. Biologi laut: Ilmu pengetahuan tentang Biota Laut. Jakarta: Djambatan.
Yudha, Indra Gumay. 2008. Ekosistem Perairan Tawar. Jakarta : Erlangga
Romimohtarto, Kasijan. 2007. Biologi laut: Ilmu pengetahuan tentang Biota Laut. Jakarta: Djambatan.
Yudha, Indra Gumay. 2008. Ekosistem Perairan Tawar. Jakarta : Erlangga
Tidak ada komentar:
Posting Komentar