Jumat, 31 Mei 2013

Ekologi perairan

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Istilah ekologi pertama kali digunakan oleh Erneast Haeckel pada pertengahan tahun 1860-an. Istilah ini berasal dari bahasa Yunani, oikos yang berarti rumah dan logos yang berarti ilmu. Jadi, secara harfiah, ekologi adalah ilmu yang mempelajari mahkluk hidup dalam rumahnya. Atau dapat diartikan ilmu yang mempelajari rumah makhluk hidup. 
            Ekologi merupakan pendekatan holistik terhadap pemahaman akan organism hidup dalam konteks relasinya baik dengan lingkungan fisik (abiotik) maupun dengan satu sama lain (biotic). Interaksi-interaksi organism hiduplah yang merupakan bahan mentah bagi pengkajian-pengkajian ekologis.          
            Unit ekologis adalah ekosistem, yang merupakan sebuah kelompok yang terdiri atas beragam populasi yang berinteraksi dalam suatu daerah tertentu. Daerah (habitat) tersebut bisa jadi sebesar kolam local. Beberapa pengertian yang biasanya tercakup dalam wilayah kerja ekologi:           
1)    Individu  
            Individu adalah suatu satuan struktur yang membangun satu kehidupan dalam bentuk makhluk.
  
2)    Populasi  
            Populasi adalah kumpulan individu dari jenis yang sama dan berada di suatu tempat dan waktu tertentu.
3)    Komunitas
Komunitas adalah kumpulan populasi yang berinteraksi satu sama lain, yang hidup bersama dalam suatu tempat.           
4)    Ekosistem           
            Ekosistem adalah tingkat organisasi yang lebih tinggi dari komunitas. Pada ekosistem terdapat hubungan timbale balik antara makhluk hidup dan lingkungan abiotiknya, yang membentuk suatu system yang dapat diketahui aliran energy dan siklus materinya.
    
            Dilihat dari unsure penyusunnya, ekosistem dapat dibedakan menjadi empat macam, yaitu:
          
a.    Bahan tak hidup atau abiotik, yang berupa komponen fisik dan kimia. 
b.    Produsen yaitu organism autotrofik        
c.    Konsumen, yaitu organism heterotrofik  
d.    Pengurai, perombak atau dekomposer    
5)    Biosfer    
            Biosfer adalah organisasi biologi terbesar yang mencakup semua kehidupan di bumi dan adanya interaksi antara lingkungan fisik secara keseluruhan.
            Perairan tawar kebanyakan berupa perairan pedalaman. Susunan dan kadar garam terlarutnya relatif rendah atau dapat diabaikan. Ekosistem perairan tawar dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu air tawar mengalir (lotik) dan ait tawar diam (lentik). Air tawar mengalir terdiri dari air bergerak yang mengalir terus-menerus kea rah tertentu, termasuk semua sungai dan aliran dengan segala ukuran. Sedangkan periaran tawar lentik terdediri dari air tergenang, seperti danau, kolam, dan rawa.
Perairan mengalir mempunyai corak tertentu yang secara jelas membedakannya dengan perairan tergenang. Sejumlah tumbuhan terdapat terbatas pada air yang mengalir. Tumbuhan tersebut mencakup spesies ganggang merah dan paku air. Ada juga tumbuhan  bunga yang khas pada air mengalir, yang secara tertaur berkembang biak dengan biji. Hewan air mengalir mencakup siput air tawar, hydroid, lintah, dan larva lalat hitam. Contoh dari ekosistem air tawar lotik adalah Sungai, air terjun dan selokan.
1.2. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang dikemukakan dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
1.      Apa Itu Ekologi Air Tawar Lotik?
2.      Apa Saja Contoh Dari Ekologi Air Lotik?
3.      Apa Yang Menjadi Fauna Maupun Flora Ekologi Air Tawar Lotik?
4.      Apa Saja Faktor Fisika – Kimia Ekologi Air Tawar Lotik?

BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Bioma Air Tawar
Bioma adalah Bioma adalah sekelompok hewan dan tumbuhan yang tinggal di suatu lokasi geografis tertentu. Secara fisik dan biologis bioma air tawar merupakan perantara habitat laut dan habitat darat. Sepanjang evolusi di dalam keturunan organisme ( bentuk kehidupan ) laut yang mengalami perpindahan ke air tawar, ada beberapa yang beradaptasi ke ligkungan air payau, yaitu di muara sungai. 
Air tawar memiliki sifat salinitas (kadar garam) rendah. Bioma air tawar dibedakan menjadi ekosistem lentik (yang airnya tenang), misalnya danau, kolam, rawa, dan ekosistem lotik (yang airnya mengalir), misalnya sungai, air terjun, selokan.
Tumbuhan yang menghuni lingkungan perairan tawar ada yang berukuran besar (makrohidrofita), ada yang berukuran kecil (mikrohidrofita), yaitu ganggang. Tumbuhan biji di ekosistem air tawar misalnya teratai dan eceng gondok. Tumbuhan yang berukuran mikroskopis misalnya ganggang biru, ganggang hijau, dan diatom. Sedangkan hewan yang hidup di perairan air tawarsebagian besar berupa ikan perairan air tawar, contoh ordo bridae.
2.1.1.  Pengelompokkan Organisme Pada Bioma Air Tawar
1.      Berdasarkan cara memperoleh makanan atau energi, dibagi menjadi 2 kelompok:
a.       Organisme autotrof: organisme yang dapat mensintesis makanannya sendiri. Tumbuhan hijau tergolong organisme autotrof, peranannya sebagai produsen dalam ekosistem air tawar.
b.       Fagotrof dan Saprotrof: merupakan konsumen dalam ekosistem air tawar. Fogotrof adalah pemakan organisme lain, sedang Saprotrof adalah pemakan sampah atau sisa organisme lain.


2.      Berdasarkan kebiasaan kehidupan dalam air, organisme air tawar dibedakan atas 5 macam:
a.       Plankton: terdiri atas fitoplankton (plankton tumbahan) dan zooplankton (plankton hewan), merupakan organisme yang gerakannya pasif selalu dipengaruhi oleh arus air.
b.      Nekton: organisme yang bergerak aktif berenang. Contoh: ikan, serangga air.
c.       Neston: organisme yang beristirahat dan mengapung di permukaan air.
d.      Bentos: organisme yang hidup di dasar perairan.
e.       Perifiton: organisme yang melekat pada suatu substrat (batang, akar, batu-batuan) di perairan.
3.      Berdasarkan fungsinya, organisme air tawar dibedakan menjadi 3 macam:
a.       Produsen: terdiri dari Bolongan ganggang, ganggang hijau dan ganggang biru, golongan spermatophyta, misal: eceng gondok, teratai, kangkung, genger, kiambang.
b.      Konsumen: meliputi hewan-hewan, serangga, udang, siput, cacing, dan hewan-hewan lainnya.
c.       Dekomposer/pengurai: sebagian besar terdiri atas bakteri dan mikroba lain.
4.      Berdasarkan intensitas cahaya, ekosistem air tawar dibedakan menjadi 3 daerah, yaitu:
a.       Daerah litoral: daerah air dangkal, sinar matahari dapat menembus sampai dasar perairan organisme daerah litoral adalah tumbuhan yang berakar, udang, cacing dan fitoplankton.
b.      Daerah limnetik: daerah terbuka yang masih dapat ditembus oleh cahaya matahari. Organisme daerah ini adalah plankton, neston dan nekton.
c.       Daerah profundal: daerah dasar perairan tawar yang dalam sehingga sinar matahari tidak dapat menembusnya. Produsen sudah tidak ditemukan lagi.
2.1.2.  Faktor-faktor Pembatas Ekosistem Air Tawar.
            Suhu Air mempunyai beberapa sifat unik yang berhubungan dengan panas yang secara bersama-sama mengurangi perubahan suhu sampai tingkat minimal,sehingga perbedaan suhu dalam air lebih kecil dan perubahan yang terjadi lebih lambat dari pada udara. Sifat yang terpenting adalah:
·         Panas jenis yang tinggiRelatif sejumlah besar panas dibutuhkan untuk merubah suhu air. 1 gram kalori(gkal) panas dibutuhkan untuk menaikkan suhu 1 ml (=1 gram) air 1 derajatCelcius lebih tinggi (antara 15-160) hanya amonia dan beberapa senyawa lainmempunyai nilai lebih dari satu.
·         Panas fusi yang tinggi80 kalori dibutuhkan untuk mengubah 1 gram es menjadi air tanpa mengubahsuhunya (dan sebaliknya).
·         Panas evaporasi yang tinggi536 kalori diserap sewaktu evaporasi yang dapat dikatakan berlangsung terusmenerus dari permukaan vegetasi, air dan es. Sebagian besar sinar mataharidigunakan untuk evaporasi air dari ekosistem di dunia, dan alur energi ini. mengubah iklim dan memungkinkan perkembangan kehidupan dalam semuakeanekaragaman yang menakjubkan.
·         Kerapatan air tertinggiKerapatan air tertinggi terjadi pada suhu 40 C, diatas dan dibawah titik tersebutair akan berkembang dan menjadi lebih ringan. Walaupun variasi suhu dalam air tidak sebesar di udara, hal ini merupakan faktor pembatas utama, karena organisme akuatik seringkali mempunyai toleransiyang sempit (stenotermal). Perubahan suhu menyebabkan pola sirkulasi yang khas dan stratifikasi, yang amat mempengaruhi kehidupan akuatik.Daerah perairan yang cukup luas dapat mempengaruhi iklim daerah daratan disekitarnya.Suhu air paling baik dan efisien diukur menggunakan sensor elektronis sepertitermistor. 
KejernihanPenetrasi cahaya seringkali dihalangi oleh zat yang terlarut dalam air,membatasi zona fotosintesa, dimana habitat akuatik dibatasi oleh kedalaman.Kekeruhan, terutama bila disebabkan oleh lumpur dan partikel yangdapatmengendap, seringkali penting sebagai faktor pembatas. Sebaliknya, bila kekeruhandisebabkan oleh organisme, ukuran kekeruhan merupakan indikasi produktivitas.Kejernihan dapat diukur dengan alat yang amat sederhana yang disebut cakramsecchi (dinamakan menurut penemuannya, A.Secchi, seorang Itali yangmemperkenalkannya pada tahun 1865) berupa cakram putih dengan garis tengahkira-kira 20 cm .
2.2. Jenis- Jenis Ekosistem Air Tawar Lotik
  2.2.1. Sungai
Sungai adalah suatu badan air yang mengalir ke satu arah. Air sungai dingin dan jernih serta mengandung sedikit sedimen dan makanan. Aliran air dan gelombang secara konstan memberikan oksigen pada air. Suhu air bervariasi sesuai dengan ketinggian dan garis lintang.Komunitas yang berada di sungai berbeda dengan danau. Air sungai yang mengalir deras tidak mendukung keberadaan komunitas plankton untuk berdiam diri, karena akan terbawa arus. Sebagai gantinya terjadi fotosintesis dari ganggang yang melekat dan tanaman berakar, sehingga dapat mendukung rantai makanan. Komposisi komunitas hewan juga berbeda antara sungai, anak sungai, dan hilir. Di anak sungai sering dijumpai makhluk air tawar. Di hilir sering dijumpai ikan gurami. Beberapa sungai besar dihuni oleh berbagai kurakura dan ular. Khusus sungai di daerah tropis, dihuni oleh buaya dan lumba-lumba. Organisme sungai dapat bertahan tidak terbawa arus karena mengalami adaptasi evolusioner. Misalnya bertubuh tipis dorsoventral dan dapat melekat pada batu.
Ekosistem air tawar memiliki beberapa karakteristik, seperti variasi suhu yang perubahannya tidak menyolok, tumbuhan yang dominannya alga, dan keadaan lingkungannya dipengaruhi oleh iklim dan cuaca. Karateristik ekosistem air tawar lainnya seperti tumbuhan rendah bersel satu mempunyai dinding sel yang kuat, sedang tumbuhan tingkat tinggi mempunyai akar sulur untuk melekat pada bagian dasar perairan, misalkan teratai, kangkung, ganggang biru dan ganggang hijau. Sedangkan, karakteristik hewannya memiliki ciri-ciri mengeluarkan air berlebih, garam diabsorpsi (diserap) melalui insang secara aktif dan sedikit minum, air masuk dalam tubuh secara osmosis. Ekosistem air tawar dibagi menjadi dua, yaitu lotik dan lentik. Ekosistem air tawar lotik merupakan perairan berarus, contohnya adalah sungai. Adapun ekosistem air tawar lentik memiliki ciri airnya tidak berarus. Contoh perairan lentik adalah danau. Danau memiliki tiga wilayah horizontal, yaitu zona limnetik, zona litoral, dan zona profundal. Zona limnetik adalah wilayah perairan yang masih bisa di tembus oleh cahaya matahari. Di zona ini banyak didominasi oleh zooplankton dan nekton. Zona litoral merupakan wilayah tepi pada danau dan sungai. Organisme yang hidup di dalamnya adalah katak, serangga, dan Hydrilla. Adapun zona profundal adalah daerah dasar pada suatu danau atau kolam. Organisme yang hidup di dalamnya adalah dekomposer. Habitat air tawar merupakan perantara habitat laut dan habitat darat. Berdasarkan kebiasaan hidup, organisme air tawar dibedakan sebagai berikut.
a. Plankton, terdiri alas fitoplankton dan zooplankton; biasanya melayang-layang (bergerak pasif) mengikuti gerak aliran air.
b. Nekton, hewan yang aktif berenang dalam air, misalnya ikan.
c. Neuston, organisme yang mengapung atau berenang di permukaan air atau bertempat pada permukaan air, misalnya serangga air.
d. Perifiton, merupakan tumbuhan atau hewan yang melekat pada tumbuhan atau benda lain, misalnya siput.
e. Bentos, hewan dan tumbuhan yang hidup di dasar atau hidup pada endapan. Bentos dapat sessil (melekat) atau bergerak bebas, misalnya cacing dan remis.
Ekosistem air tawar digolongkan menjadi air tenang dan air mengalir. Ekosistem air tenang meliputi danau dan rawa, sedangkan ekosistem air mengalir adalah sungai.
http://htmlimg4.scribdassets.com/3x45yca6ps1ph1jk/images/12-6c9e78e662.jpg
Gambar 2.1. Jenis Biota Air Tawar
A.  Pembagian daerah aliran sungai:
1. Hulu
Ciri-ciri sungai yang berada di hulu yaitu, dangkal, banyak sekali batu-batu, sempit, dan kadang terdapat air terjun.
2. Peralihan
Ciri daerah peralihan adalah agak dalam, batu-batu yang berada di sengai tidak membahayakan, banyak jeram. Dengan ciri tersebut, daerah peralihan inilah yang cocok untuk melakukan pengarungan.
3.Hilir                                                                                                                                      Cirinya, kedalaman sungainya sangat dalam, lebar dan arusnya tenang.
Komposisi komunitas hewan dan tumbuhan berbeda antara sungai, anak sungai, dan hilir. Di hilir sering dijumpai ikan kucing dan gurame. Beberapa sungai besar dihuni oleh berbagai kura-kura dan ular. Khusus sungai di daerah tropis, dihuni oleh buaya air tawar. Lingkungan sungai sangat berbeda antara hulu dan hilir. Suhu, nutrien, aliran air dan kejernihan bervariasi pada lingkungan yang berbeda. Bagian-bagian dari sungai adalah hulu dan hilir. Setiap sungai mengalir dari mata air, kebanyakan berasal dari pegunungan, air mengalir deras dari daerah yang lebih tinggi, bagian teratas dari sungai disebut hulu. Dibagian Hulu, air mengalir dengan deras, apabila bagian tersebut terlalu tinggi, terjadilah apa yang kita sebut air terjun, seperti di tawang mangu di Solo, Jawa Tengah. Air yang jatuh tersebut mengalir ke sungai kedaerah sepanjang  daerah hilir sungai. Biasanya berupa tanah datar, sehingga air sungai mengalir dengan lambat. Karena mengandung banyak air, sehingga di sepanjang tepian sungai banyak tumbuhan dan binatang air. Beberapa jenis binatang ada di sungai, kebanyakan mereka memakan tumbuhan air. Tetapi ada juga yang makan binatang kecil lainnya yang sering berada di sekitar sungai.
http://zonadamai.files.wordpress.com/2012/04/sungai-wamena.jpg
Gambar 2.2. Contoh Dari Sungai
B.  Tumbuhan Sungai
Hampir semua golongan tumbuhan terdapat pada sungai, tumbuhan tingkat tinggi (Dikotil dan Monokotil), tumbuhan tingkat rendah (jamur, ganggang biru, ganggang hijau).
Tumbuhan sungai yang sangat sering dijumpai contohnya Eceng Gondok, tanaman air yang sangat berguna untuk membersihkan air dari logam berat yang bisa meracuni sungai dan danau. Tanaman ini sesungguhnya berasal dari Amerika Selatan, tetapi sekarang menyebar luas kesemua daerah tropis dan sub-tropis diseluruh dunia.
C.   Hewan sungai
Hampir semua filum dari dunia hewan terdapat pada sungai, misalnya protozoa, spans, cacing, molluska, serangga, ikan, amfibi, reptilia, burung, mammalia. Ada yang selalu hidup di air, ada pula yang ke air bila mencari makanan saja. Hewan yang selalu hidup di air mempunyai cara beradaptasi dengan lingkungan yang berkadar garam rendah. Pada ikan dimana kadar garam protoplasmanya lebih tinggi daripada air, mempunyai cara beradaptasi sebagai berikut:
a. Sedikit minum, sebab air masuk ke dalam tubah secara terus-menerus melalui proses osmosis.
b. Garam dari dalam air diabsorbsi melalui insang secara aktif
c. Air diekskresikan melalui ginjal secara berlebihan, juga diekskresikan melalui insang dan saluran pencernaan
D. Perbedaan Ekosistem Sungai dan Danau
Terdapat beberapa perbedaan antara ekosistem sungai dimana terdapat aliran air dan ekosistem danau yang airnya tenang/menggenang.
1.      Adanya arus
2.      Pertukaran antara air dengan dasar lebih intensif karena adanya arus.
3.      Pada air mengalir, kadar oksigen lebih tinggi dibandingkan air tenang
4.      Percampuran suhu dan kandungan zat lebih merata
Pada air mengalir terdapat beberapa adaptasi organism sebagai berikut :
a.       Melekat permanen pada substrat yang tetap misalnya batu dan tanaman
b.      Mempunyai alat kait tau penghisap untuk melekat pada tempat yang licin
c.       Permukaan bawah tubuh dapat dipakai untuk melekat. Beberapa jenis hewan dapat  melekat pada dasar dengan perantaraan bagian tubuh yang lekat seperti golongan siput dan cacing pipih.
d.      Bentuk badan strean line. Insekta, larva, dan ikan mempunyai bentuk tubuh menyerupai telur yang membulat di depan dan membulat di belakang untuk mengurangi tekanan air.
e.       Bentuk tubuh pipih. Hewan di perairan mengalir mempunyai bentuk tubuh pipih agar mudah bersembunyi di bawah batu
f.       Rheothaksis positif. Organisme Air mengalir selalu berusaha berenang menentang arus berbeda dengan organism perairan tenang yang bila diletakkan di perairan tenang yang bila diletakkan di perairan mengalir selalu mengikuti arus.
g.      Tigmotaxis positif. Organisme perairan lotik mempunyai kecenderungan bergantung dan menempel pada permukaan.
Pada air mengalir terdapat dua zona utama, yaitu :
1.      Zona air deras : airnya dangkal, kecepatan arus cukup besar untuyk bebas dari pasir dan zat lain. Zona ini sebagian besar diisi oleh bentos atau perifiton yang melekat erat pada dasr atau ikan yang berenangnya kuat.
2.      Zona tenang : merupakan zona dalam dengan kecepatan arus yang berkurang sehingga pasir dan lumpur mengendap ke dasar. Kondisi ini tidak menguntungkan bagi bentos tetapi sanmgat menguntungkan bagi cacing, nekton, dan beberapa plankton.
Komunitas yang berada di sungai berbeda dengan danau. Air sungai yang mengalir deras tidak mendukung keberadaan komunitas plankton untuk berdiam diri, karena akan terbawa arus. Sebagai gantinya terjadi fotosintesis dari ganggang yang melekat dan tanaman berakar, sehingga dapat mendukung rantai makanan.
Komposisi komunitas hewan juga berbeda antara sungai, anak sungai, dan hilir. Di hilir sering dijumpai ikan kucing dan gurame. Beberapa sungai besar dihuni oleh berbagai kura-kura dan ular. Khusus sungai di daerah tropis, dihuni oleh buaya air tawar.
Organisme sungai dapat bertahan tidak terbawa arus karena mengalami adaptasi evolusioner. Misalnya bertubuh tipis dorsoventral dan dapat melekat pada batu. Beberapa jenis serangga yang hidup di sisi-sisi hilir menghuni habitat kecil yang bebas dari pusaran air.
Selama musim panas, suhu air pada lapisan atas menjadi lebih tinggi dari pada air lapisan bawah sehingga hanya air pada lapisan atas yang mengalami sirkulasi dan tidak dapat bercampur dengan lapisan di bawahnya yang lebih dingin dan lebih padat sehingga terdapat lapisan dengan gradient temperatur yang tajam yang di sebut dengan Thermocline.
Air hangat yang mengalami sirkulasi pada bagian atas disebut Epilimnion yang terjadi pada permukaan atas danau. Air dingin pada bagian bawah yang tidak mengalami sirkulasi di sebut dengan Hypolimnion. Pada musim dingin, suhu air pada Epilimnion dengan hypolimnion relatif sama. Ini menyebabkan gerakan air yang mengakibatkan bagian danau yang dalam mendapat pasokan oksigen.
E. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ekosistem Sungai
1. Faktor Fisika
Suhu mempengaruhi aktivitas metabolisme organisme, karena itu penyebaran organisme baik dilautan maupun diperairan tawar dibatasi oleh suhu perairan tersebut. Suhu sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan kehidupan biota air. Secara umum, laju pertumbuhan meningkat sejalan dengan kenaikan suhu, dapat menekan kehidupan hewan budidaya bahkan menyebabkan kematian bila peningkatan suhu sampai ekstrim(drastis).
Suhu merupakan salah satu factor pembatas terhadap ikan-ikan atau biota akuatik. Suhu dapat mengendalikan fungsi fisiologis organisme dan berperan secara langsung atau tidak langsung bersama dengan komponen kualitas lainnya mempengaruhi kualitas akuatik. Temperature air mengendalikan spawing dan hatching, mengendalikan aktivitas, memacu atau menghambat pertumbuhan dan perkembangan menyebababkan air menjadi panas atau dingin sekali secara mendadak . temperature juga mempengaruhi berbagai macam reaksi fisika dan kimiawi di dalam lingkungan akuatik .
Faktor kecerahan ini berhubungan dengan penetrasi cahaya. Kecerahan perairan tinggi memenuhi berarti cahaya yang tinggi dan ideal untuk memicu produktivitas perairan yang tinggi pula.
2.      Faktor Kimia
Oksigen adalah salah satu unsur kimia penunjang utama kehidupan. Dalam air laut, oksigen dimanfaatkan oleh organisme perairan untuk proses respirasi dan untuk mengurangi zat organic oleh mikroorgfanisme. Ketiadaan oksigen dalam suatu perairan akan menyebabkan organism dalam perairan tersebut tidak akan hidup dalam waktu yang lama. Oleh karena itu salah satu cara untuk menjaga kelestarian kehidupan dalam laut adalah dengan cara memantau kadar oksigen dalam perairan tersebut.
Suatu  limbah yang mengandung beban pencemar masuk ke lingkungan perairan dapat menyebabkan perubhan kualitas air. Salah satu efeknya adalah menurunnya kadar oksigen terlarut yang berpengaruh terhadap fungsi fisiologis organisme akuatik. Air limbah memungkinkan mengandung mikroorganisme patogen atau bahan kimia beracun berbahaya yang dapat menyebabkan penyakit infeksi dan tersebar ke lingkungan.
pH air mempengaruhi tangkat kesuburan perairan karena mempengaruhi kehidupan jasad renik. Perairan asam akan kurang produktif, malah dapat membunuh hewan budidaya. Pada pH rendah( keasaman tinggi),  kandungan oksigan terlarut akan berkurang, sebagai akibatnya konsumsi oksigen menurun, aktivitas naik dan selera makan akan berkurang. Hal ini sebaliknya terjadi pada suasana basa. Atas dasar ini, maka usaha budidaya perairan akan berhasil baik dalam air dengan pH 6,5 – 9.0 dan kisaran optimal adalah ph 7,5 – 8,7 .
3.      Faktor Biologi
           Fitoplankton merupakan salah satu parameter biologi yang erat hubungannya dengan fosfat dan nitrat. Tinggi rendahnya kelimpahan fitoplankton disuatu perairan tergantung tergantung pada kandungan zat hara fosfat dan nitrat. Sama halnya seprti zat hara lainnya, kandungan fosfat dan nitrat disuatu perairan, secara alami terdapat  sesuai dengan kebutuhan organisme yang hidup diperairan tersebut.
            Air dari alam atau natural water secara foundamental akan berbeda kondisinya dengan air dari tempat budidaya, terutama sistem tertutup yang menggunakan akuarium atau bak, berdasarkan sifat kimia maupun biologi. Jumlah ikan ditempat budidaya umumnya jauh lebih banyak dibandingkan jumlah air. Akibatnya, material hasil metrabolisme yang dikeluarkan ikan tidak dapat mengurai seimbang. Artinya, waktu penguraian metabolit secara alami tidak mencukupi karena jumlahnya cukup banyak. Oleh karena itu, air tidak dapat atau sulit kembali menjadi baik dan cenderung menghasilkan substannsi atau bahan metabolit yang berbahaya bagi ikan
Untuk melengkapi kekurangan pendekatan fisika kimiawi dapat dilakukan dengan memberdayakan komunitas makroinvertebrata, yaitu hewan – hewan yang tidak mempunyai tulang belakang dan berukuran relatif tidak bergerak mempnyai siklus hidup yang panjang dan mempunayai keanekaragaman tinggi yan tersebar di hulu sampai di hilir sungai. Ditemukan suatu kelompok mikroinvertebrata mencerminkan kondisi air sungai apakah masih baik (tidak mengalami pencemaran organik tertentu), atau telah mengalami pencemaran organik terlarut atau telah mengganggu .
2.2.2. Air Terjun
Air terjun adalah formasi geologi dari arus air yang mengalir melalui suatu formasi bebatuan yang mengalami erosi dan jatuh ke bawah dari ketinggian. Air terjun dapat berupa buatan yang biasa digunakan di taman. Beberapa air terjun terbentuk di lingkungan pegunungan dimana erosi kerap terjadi. Air terjun merupakan salah satu sumber alami ion negatif. Ion negatif (atau lebih tepat, negative-charged ion) adalah molekul yang memiliki elektron tambahan.  Ion negatif yang kita bahas di sini,  adalah ion-ion yang dihasilkan oleh air terjun di  gunung.  seperti yang kita tahu, bahwa ion negatif dapat membuat efek sehat bagi tubuh manusia.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgDREYL6TB-o_E6Q4iMY1p66sfEMPbcspSg0XNf40y_G1QYv_qLT3R8YGCPMsx8tReD0WNjnyRMR9ArBJBYouqWgkWDcGiWHcGPhv9kFLi3aJXSMBiMsGv1-Bz-opyxz3m6OB9-9DJXQv0b/s320/1.jpg
Gambar 2.3. Contoh Air Terjun
2.2.3. Selokan
            Selokan adalah saluran untuk menyalurkan air pembuangan dan/atau air hujan untuk dibawa ke suatu tempat agar tidak menjadi masalah bagi lingkungan dan kesehatan. Selokan umumnya terdapat di pinggir jalan, didesain untuk mengalirkan kelebihan air hujan dan air permukaan dari jalan raya, tempat parkir, sisi jalan, dan atap.
150px-Sloot
Gambar 2.5. contoh selokan
Besarnya selokan dihitung atas dasar curah hujan tertinggi, aliran air buangan ataupun air tanah (khususnya didaerah pegunungan), ataupun dari waduk untuk mengalirkan air keperluan irigasi. kalau kekecilan dapat mengakibatkan air dari selokan meluap keluar dari selokan bahkan dapat mengakibatkan banjir[1]. Agar air dalam selokan dapat berjalan dengan lancar perlu dilakukan perawatan selokan secara reguler untuk membuang aliran air dari sampah.
2.3.  Pengelolaan Ekosistem Perairan        
            River continuum concept (Pengelolaan pesisir) Pengelolaan sumberdaya pesisir secara terpadu menghendaki adanya keberlanjutan (sustainability) dalam pemanfaatan sumberdaya pesisir. Sebagai kawasan yang dimanfaatkan untuk berbagai sektor pembangunan, wilayah pesisir memiliki kompleksitas isu, permasalahan, peluang dan tantangan.      
Terdapat beberapa dasar hukum pengelolaan wilayah pesisir yaitu:
1) UU No. 5 tahun 1990, tentang Konservasi Sumberdaya Alam dan Ekosistemnya.
2) UU No. 24 tahun 1992, tentang Penataan Ruang.
3) UU No. 23 tahun 1997, tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup.           
4) UU No. 22 tahun 1999, tentang Pemerintahan Daerah.    
5) PP No. 69 tahun 1996, tentang Pelaksanaan Hak dan Kewajiban, Serta Bentuk dan Tata Cara Peran Serta Masyarakat Dalam Penataan Ruang.
6) Keputusan Presiden RI No. 32 tahun 1990, tentang Pengelolaan Kawasan Lindung.
7) Permendagri No. 8 tahun 1998, tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang di Daerah.
8) Berbagai Peraturan Daerah yang relevan.  
Pemanfaatan sumberdaya pesisir dan laut yang tidak memenuhi kaidah-kaidah pembangunan yang berkelanjutan secara signifikan mempengaruhi ekosistemnya. Kegiatan pembangunan yang ada di kawasan ini akan dapat mempengaruhi produktivitas sumberdaya akibat proses produksi dan residu, dimana pemanfaatan yang berbeda dari sumberdaya pesisir kerap menimbulkan konflik yang dapat berdampak timbal balik. Oleh karena itu pemanfaatan sumberdaya pesisir untuk tujuan pembangunan nasional akan dapat berhasil jika dikelola secara terpadu (Integrated Coastal Zone Management, ICZM). Pengalaman membuktikan bahwa pengelolaan atau pemanfaatan kawasan pesisir secara sektoral tidaklah efektif Pengelolaan sumberdaya pesisir secara terpadu adalah suatu proses iteratif dan evolusioner untuk mewujudkan pembangunan kawasan pesisir secara optimal dan berkelanjutan. Tujuan akhir dari ICZM bukan hanya untuk mengejar pertumbuhan ekonomi (economic growth) jangka pendek, melainkan juga menjamin pertumbuhan ekonomi yang dapat dinikmati secara adil dan proporsional oleh segenap pihak yang terlibat (stakeholders), dan memelihara daya dukung serta kualitas lingkungan pesisir, sehingga pembangunan dapat berlangsung secara lestari. Dalam rangka mencapai tujuan tersebut maka unsur esensial dari ICZM adalah keterpaduan (integration) dan koordinasi. Setiap kebijakan dan strategi dalam pemanfaatan sumberdaya pesisir harus berdasarkan kepada : (1) pemahaman yang baik tentang proses-proses alamiah (eko-hidrologis) yang berlangsung di kawasan pesisir yang sedang dikelola; (2) kondisi ekonomi, sosial, budaya dan politik masyarakat; dan (3) kebutuhan saat ini dan yang akan datang terhadap barang dan (produk) dan jasa lingkungan pesisir.  
            Di dalam proses pengelolaan dilakukan identifikasi dan analisis mengenai berbagai isu pengelolaan atau pemanfaatan yang ada maupun yang diperkirakan akan muncul dan kemudian menyusun serta melaksanakan kebijakan dan program aksi untuk mengatasi isu yang berkembang. Proses pengelolaan kawasan pesisir secara terpadu dan berkelanjutan ini paling kurang memiliki empat tahapan utama : (1) penataan dan perencanaan, (2) formulasi, (3) implementasi, dan (4) evaluasi (Cicin-Sain and Knecht 1998). Pada tahap perencanaan dilakukan pengumpulan dan analisis data guna mengidentifikasi kendala dan permasalahan, potensi dan peluang pembangunan dan tantangan. Atas dasar ini, kemudian ditetapkan tujuan dan target pengelolaan atau pemanfaatan dan kebijakan serta strategi dan pemilihan struktur implementasi untuk mencapai tujuan tersebut.
Oleh karena tujuan ICZM adalah mewujudkan pembangunan kawasan pesisir secara berkelanjutan maka keterpaduan dalam perencanaan dan pengelolaan kawasan pesisir dan laut mencakup empat aspek, yaitu : (a) keterpaduan wilayah/ekologis; (b) keterpaduan sektor; (c) keterpaduan disiplin ilmu; dan (d) keterpaduan stakeholder. Dengan kata lain, penetapan komposisi dan laju/tingkat kegiatan pembangunan pesisir yang optimal akan menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang dapat dirasakan oleh segenap stakeholders secara adil dan berkelanjutan. Pengelolaan wilayah pesisir dan lautan secara terpadu pada dasarnya merupakan suatu proses yang bersifat siklikal. Dengan demikian terlihat bahwa pendekatan keterpaduan pengelolaan/pemanfaatan kawasan pesisir dan laut menjadi sangat penting, sehingga diharapkan dapat terwujud one plan dan one management serta tercapai pembangunan yang berkelanjutan dan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan.
plankton

 




























BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
v  Secara fisik dan biologis bioma air tawar merupakan perantara habitat laut dan habitat darat.
v  Tumbuhan yang menghuni lingkungan perairan tawar ada yang berukuran besar (makrohidrofita), ada yang berukuran kecil (mikrohidrofita).
v  Suhu adlah factor pembatas pada air tawar , suhu dalam air lebih kecil dan perubahan yang terjadi lebih lambat dari pada udara.
v  Sungai adalah suatu badan air yang mengalir ke satu arah. Air sungai dingin dan jernih serta mengandung sedikit sedimen dan makanan.
v  Pembagian sungai berdasarkan daerah aliran sungainya yaitu: hulu, Peralihan dan Hilir.
v  Suhu sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan kehidupan biota air. Secara umum, laju pertumbuhan meningkat sejalan dengan kenaikan suhu, dapat menekan kehidupan hewan budidaya bahkan menyebabkan kematian bila peningkatan suhu sampai ekstrim(drastis)
v  Air terjun adalah formasi geologi dari arus air yang mengalir melalui suatu formasi bebatuan yang mengalami erosi dan jatuh ke bawah dari ketinggian. Air terjun dapat berupa buatan yang biasa digunakan di taman.
v  Selokan adalah saluran untuk menyalurkan air pembuangan dan/atau air hujan untuk dibawa ke suatu tempat agar tidak menjadi masalah bagi lingkungan dan kesehatan.






DAFTAR PUSTAKA
Ewusie, J.Y. 1990. Pengantar Ekologi Tropika. Bandung: Penerbit ITB.
Deshmukh, Ian. 1992. Ekologi dan Biologi Tropika. Jakarta: Yayasan Obor
            Indonesia.
Kimball, Jhon W. 1991. Biologi. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Romimohtarto, Kasijan. 2007. Biologi laut: Ilmu pengetahuan tentang Biota Laut.
            Jakarta: Djambatan.   
Yudha, Indra Gumay. 2008. Ekosistem Perairan Tawar.
Jakarta : Erlangga


Tidak ada komentar:

Posting Komentar